Senin, 04 Januari 2016

Transit di Changi Airport

Bagian Keenam!

Belum sempat Shomad memenjamkan mata lagi untuk tidur, dari sistem audio pesawat sebuah suara merdu mengumumkan dalam dwi bahasa bahwa sebentar lagi pesawat yang tengah dinaiki akan singgah sebentar di negeri seberang: SINGAPURA!

Dia melihat beberapa teman yang satu jam lalu berkenalan dengannya, sedang bersiap-siap turun. Seseorang menyapanya dengan logat betawi kental, “Ngga ikutan turun, bang?”

“Boleh turun berapa lama emangnya?” Balas Shomad balik bertanya.
“Tadi mbak pramugari bilang: kita boleh jalan-jalan 2 jam di Singapore,” Lelaki tanggung yang juga Mahasiswa program Master itu menjelaskan dengan ramah. “Ayo, mau jalan bareng, pak?” tawarnya.
“Wah, terima kasih. Kalian duluan saja,” tolak Shomad halus. Setelah keduanya menghilang di pintu pesawat, dia menimbang-nimbang ulang. Sepertinya rugi kalau sudah di Singapura tapi tidak jalan-jalan. At least, keluarlah Shomad untuk sekadar menikmati udara malam Singapura sendirian.

Bandara Internasional Changi sangat hiruk pikuk oleh orang-orang yang sedang menanti jam penerbangan. Menurut Shomad, sulit sekali membedakan mana yang bukan orang Indonesia, karena wajah-wajah orang melayu-Singapura dan bangsanya memang ngga jauh-jauh amat.
Karena Infrastruktur dan fasilitas umum Singapura yang terawat baik, Shomad dapat sampai di jalan utama di Singapura, Orchard rd, salah satu pusat shopping paling sibuk di dunia. Dengan hanya mengamati perilaku beberapa gadis muda yang gila belanja di salah satu toko terkenal, melihat keramaian Kota yang gemerlapan di malam hari. Hm, 1 jam telah berlalu. Saatnya kembali ke bandara.
Sebuah taksi otomatis berhenti ketika dia melangkahkan kaki di taxi zone. “Going to airport, sir?” sapa supir taksi, membuka jendela mobil. Shomad mengangguk pelan dan memasuki taksi tersebut. Singapura. Sebuah negara mungil yang begitu pesat perkembangannya. Entah kapan lagi Shomad bisa menjejakkan kaki dengan bebas di negeri tetangga ini. Shomad dapat melihat dengan jelas raut wajah paroh baya si supir taxi yang kebapakan, teringat bapaknya. Sopir taxi ini sudah sangat cukup umur untuk pensiun. Usianya mungkin sudah di atas 65 tahun. Hidup tanpa bekerja berat lagi, dikelingi cucu-cucunya. 
"We're here, sir." Shomad tersadar dari lamunannya.
Kemegahan Changi Airport

Ketika melangkahkan kaki dengan santai menuju International gate, Shomad baru menyadari sesuatu. Dia memeriksa seluruh kantong baju dan celananya. Tidak ada paspor. Dia sama sekali tidak membawa kartu Identitas apapun. Visa dan passportnya juga tertinggal di dalam tas, yang juga berada di dalam pesawat ketika dia melihat ulang paspor dan tiketnya tadi. Duh, Gusti... 
Shomad mulai panik. Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Nyesel deh tadi ngga ‘nge-iya-in’ ajakan teman-teman satu pesawatnya untuk jalan-jalan bareng…
Dan berakhirlah aku di sini…
45 menit sebelum penerbangan menuju Amsterdam dilanjutkan…
Ketika satu solusipun tak ditemukan, seseorang melewati Shomad dan menyadarkannya dari kebingungan. Eh, orang ini…
Seseorang yang diyakini Shomad merupakan orang yang juga satu pesawat dengannya. Seseorang berkulit putih dan sangat ‘Belanda’. 
“Sir, you know… me?” dengan bahasa Inggris dan harap cemas Shomad bertanya. “We are in.. one plane,right?” lanjutnya terbata-bata. Sedetik. 2 detik. Orang itu memerhatikan Shomad dengan seksama dan mengangguk.

“Ouh, Yeah, Indonesian?” Alhamdulillah, pertolongan Allah itu dekat. Sang bule yang baik hatinya itu menjelaskan dengan detil apa yang dialami Shomad kepada petugas di pintu imigrasi. Lima menit menjelang ditutupnya pintu pesawat, mereka (si Bule dan Shomad) berhasil duduk di kursi hangat kabin pesawat. “Thanks very much, sir,” ucap Shomad dengan ekspresi sangat berterima kasih atas pertolongan si Bule yang baik hati dan tidak sombong itu. Bule itu tersenyum simpul, mengangguk.
Karena sikap ceroboh tidak membawa paspor dan tiket, hampir saja Shomad terlantar tunggang langgang di negeri orang. Dia tersenyum lega.

Penumpang dimohon untuk memasang sabuk pengaman…
Pesawat tujuan Amsterdam, Belanda, mulai take-off. Satu lagi kenangan yang terukir di Changi International Airport ini.
Nona, Aku tak sabar menceritakan pengalamanku yang menyenangkan (sekaligus memalukan) ini. Hehehe… Ucapnya dalam hati dengan tertawa sendiri. Tawa yang terbawa sampai mimpi.

Next on; Mimpi di antara Kaliwungu dan Amsterdam

Salah satu serba-serbi foto Om Shomad ketika berada di Pizza Duomo, Milan.

0 komentar:

Posting Komentar