Sabtu, 02 Januari 2016

Nona Belanda: I'll be waiting for you


Bagian Ketiga

Langit Rotterdam di awal musim semi pada sore hari begitu sejuk. Nona mempercepat langkahnya pulang. Sudah seminggu ini dia menghabiskan waktu di pusat Modelling Dunia, Paris. Saking sibuknya, dia lupa membalas chat terakhir untuk teman baiknya di facebook (Masih inget om shomad, kan?).



Ketika berjalan memasuki rumah, Dia hanya menyapa mamanya dengan pelukan sekilas, tak menghiraukan pertanyaan sang mama: kamu pulang naik apa, sayang? Dan langsung ngeloyor masuk kamarnya. Sudah menunggu di sudut kamarnya sebuah komputer yang tengah menyala. Hm, mungkin baru saja dipakai Lily.

Setelah berhasil login ke akun facebooknya, Nona terpaku menatap pesan terakhir yang dikirimkan oleh om Shomad:

Non, bagaimana harus kukatakan padamu tentang perasanku saat ini? Aku sangat senang sekali jika bisa mengunjungimu dan keluarga nun di Belanda sana. Alangkah bahagianya bisa melanjutkan silaturahmi (pertemanan) kita. Tapi Aku tetap lelaki normal yang sangat malu, karena ingin mengunjungimu, tetapi mengandalkan uangmu. Lalu, apa bedanya Aku dengan lelaki parasit yang hanya bisa memanfaatkan teman yang baru saja dikenalnya? :’(

Nona begitu terenyuhnya membaca pesan itu, karena selama ini, sepanjang masa lajangnya belum pernah ada satu lelaki pun yang berhasil mengambil hatinya. Di hatinya yang paling dalam sebuah suara membisikkan bahwa mungkin lelaki ini benar-benar tulus ingin berteman dengannya, sejak chatting mereka yang pertama kalinya.

Sang nona adalah potret seorang wanita dewasa yang cemerlang karirnya. Terbukti dengan keberhasilannya menjadi General Manager di sebuah agensi modelling bergengsi Eropa. Di usianya yang saat ini, menjadi lajang adalah pilihan yang sulit. Terutama di dunianya saat ini: Modelling.

Nona mulai mengetik balasan untuk om Shomad yang tertunda selama seminggu karena kesibukannya menjadi Event Organizer di ajang modelling bergengsi Fashion Week yang diadakan sabtu lalu di Paris, Perancis.

My dearest friend in Indonesia, saya tidak menyangka bahwa apa yang kamu pikirkan sangat berbeda.
Dear, sekali lagi aku ingin meyakinkanmu bahwa aku benar-benar tulus mengudangmu dan tidak mempunyai satu maksud tertentu kecuali dapat menyambung pertemanan kita di dunia nyata. Akan kukenalkan kau kepada Ibuku yang berdarah Jawa (mungkin kalian akan cocok saat mengobrol nanti) dan Lily.
Tolong terimalah ajakanku ini, aku menunggumu di Belanda, sweetheart. Tiket penerbanganmu sudah kukirimkan via email. Nama Identitasnya sesuai nama di Profile Facebook-mu. Soal visa juga nanti aku bantu urus. Bagaimana menurutmu?

Sent. Terkirim. Dalam hitungan detik, pesan itu sudah akan sampai di inbox penerimanya.

Si nona Belanda membuka jendela kamarnya. Semilir angin sore sungguh sangat bersahabat dengan perasaannya kali ini. Kincir angin di kejauhan seolah-olah ikut menari mengikuti irama hatinya yang sedang berdendang. Ya, si nona sangat deg-degan menunggu tanggapan dari om Shomad. Dia berharap teman barunya tidak salah paham atas tawarannya untuk berkunjung di negerinya. Menurutnya, mempunyai seorang teman yang berasal dari tanah air sang Ibu adalah salah satu keinginannya dari dulu sekali…

Next on; Mengurus visa liburan ke Holland/ Belanda!

0 komentar:

Posting Komentar