Senin, 04 Januari 2016

Mimpi di antara Kaliwungu dan Amsterdam

Serba-serbi foto Om Shomad dikelilingi burung dara. Kapan ya foto di Eropa kayak Om Shomad gini? *Langsung kepikiran whatsapp Jana, temen buleku*

Bagian Ketujuh! Yuhuu!
Shomad mengerjapkan matanya, mengumpulkan kesadaran dan melihat sekelilingnya. Oh, dia ingat sekarang. Kursi yang didudukinya bernomor 13 C pesawat tujuan Amsterdam, Belanda. Dalam tidurnya yang kurang nyaman dia bermimpi aneh.
Bagaimana tidak aneh? Jika dalam mimpinya dia sudah tiba di Belanda. Akan tetapi mimpinya tentang Negeri Kincir Angin ini sangat jauh dari harapan. Saat tiba di bandara Schipol, bukan Nona yang menjemputnya tapi ibunya. Masih bingung akan bayangannya tentang Belanda yang sangat berbeda, Ibunya memilih untuk menaiki taksi menuju tempat antah berantah.
Bukannya menuju salah satu rumah indah ala Belanda, tetapi (lagi-lagi) tujuannya adalah sebuah perempatan yang hiruk-pikuk. Dia berpikir keras sebelum menyadari bahwa tempat yang penuh dengan pedagang jajanan yang lezat ini adalah perempatan sawahjati. Ibu menatapnya lembut dan menepuk lembut pundak Shomad. Seketika Shomad tersadar dari lamunannya. Aku hanya bermimpi…
Pemuda yang seorang mahasiswa master menanyainya dengan sopan, “Ada apa, sir?” Shomad tersenyum menjawab pertanyaan itu, “Mimpi aneh aja dik, kita sampe mana ya sekarang?”
“5 menit yang lalu ada pengumuman sebentar lagi kita akan mendarat di Amsterdam, sir. Mungkin 15 menit lagi kita sampai.”
“Okay, thanks FYI,” balas Shomad.
“For Your Information? Do you speak English?” Pemuda itu, yang rupanya bernama Aryo, tiba-tiba terusik ketika mendengar Shomad mengucapkan FYI, istilah gaul dalam bahasa Inggris.

“Gini-gini aku alumni perusahaan Korea, bung! Bahasa Inggris? Keciiiiil!”

“Hahahaha…” Keduanya tertawa bersamaan.

Sementara itu, waktu yang sama, di tempat berbeda
Suasana hati Nona sangat baik sekali. Dia bangun subuh, membersihkan dan merapikan seluruh sudut rumah, memeriksa apakah penghangat ruangan masih berfungsi, menyiapkan kamar untuk tamunya yang akan datang hari ini dan tak terkecuali menyikat sendiri kamar mandi. Lily juga ikut terbangun karena kesibukan mamanya di pagi ini. Ketika lily sudah sedang asyik dengan sebuah game, ibu Nona bertanya lembut, “Tumben kamu rajin sekali. Bagaimana kawan Indonesia-mu, sweety? Jam berapa dia landing di Schipol?”

“Jam 11 nanti Bu,” menjawab sambil membersihkan meja tengah, sumringah. “Aku pergi melihat taman dulu bu.”
Rasanya seluruh bunga di taman rumah turut menari mengikuti irama hati Nona yang bergembira.

Next On; Keluarga Kecil Nona dan Sepeda Antik

0 komentar:

Posting Komentar