Tampilkan postingan dengan label writing. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label writing. Tampilkan semua postingan

Rabu, 26 Juli 2017

Menelusuri jejak otentik bernama Diary

Menulis diary. Tidak semua orang terbiasa menulisnya. Tapi, ketika orang terbiasa menulisnya, 10 hingga 20 tahun ke depan dia tidak akan menyesal telah menulis setiap momen hidup yang spesial. Justru bersyukur, mengingat segala nikmat dan cobaan yang telah dialami. Syukur-syukur jika diary bisa sekaligus untuk pembelajaran hidup 😂😂😂.

Thanks to Ummi, ibu terbaik di dunia, yang telah menuliskan momen masa kecilku ke dalam diary unik yang selalu kubawa kemanapun aku merantau, hingga menginspirasi teman-teman perempuanku untuk juga menuliskan pengalaman mereka sebagai calon ummi kelak.

Project kali ini, semoga beberapa kutipan diary bisa menjadi kenangan tak terlupakan sepanjang masa... Agar ibu-ibu tahu, setiap anak punya masa keemasan yang tak akan terganti oleh apapun. Jadi, jangan sampai Anda melewatkannya!

Setiap momen ketika aku bersamamu, selalu bersinar, Mi... ❤❤❤

Sabtu, 13 Mei 2017

Begin Again

It's good listening the old song you used to listen. And 'Begin Again' was one of my favorite <3 span="">
Tay has a great sense to mix a story into a song. 
But on Wednesday in a cafe you watched it begin again...
 
Took a deep breath in the mirror
He didn't like it when I wore high heels
But I do
Turn the lock and put my headphones on
He always said he didn't get this song
But I do, I do
Walked in expecting you'd be late
But you got here early and you stand and wave
I walk to you
You pull my chair out and help me in
And you don't know how nice that is
But I do
And you throw your head back laughing like a little kid
I think it's strange that you think I'm funny 'cause he never did
I've been spending the last eight months
Thinking all love ever does is break and burn and end
But on a Wednesday in a cafe I watched it begin again
You said you never met one girl
Who had as many James Taylor records as you
But I do
We tell stories and you don't know why
I'm coming off a little shy
But I do
But you throw your head back laughing like a little kid
I think it's strange that you think I'm funny 'cause he never did
I've been spending the last eight months
Thinking all love ever does is break and burn and end
But on a Wednesday in a cafe I watched it begin again
And we walked down the block to my car and I almost brought him up
But you start to talk about the movies that your family watches
Every single Christmas and I want to talk about that
And for the first time what's past is past
'Cause you throw your head back laughing like a little kid
I think it's strange that you think I'm funny 'cause he never did
I've been spending the last eight months
Thinking all love ever does is break and burn and end
But on a Wednesday in a cafe I watched it begin again
But on a Wednesday in a cafe I watched it begin again
Songwriters: Taylor Swift
Begin Again lyrics © Sony/ATV Music Publishing LLC

Kamis, 15 Desember 2016

Laila Canggung?

Laila
Gadis canggung yang belum mengerti apa yang terbaik untuk dirinya sendiri.

Dia nampak percaya diri di depan banyak orang. Di satu sisi dia sangat kritis. Di sisi lain Laila anggun.

Laila oh Laila.

Ku tahu di lubuk hati yang paling dalam, kamu menyimpan banyak keraguan akan dirimu sendiri.

Laila yang tiap malamnya ketakutan akan apa yang hendak dilakukannya esok hari. Apakah aku melakukan kesalahan yang lain?

Laila canggung.

*Yaa. Laila adalah sebagian paradoks kaum perempuan

Rabu, 23 November 2016

BAHKAN SAAT AKU TAHU, AKU PURA-PURA TAK TAHU...


#2

"Unie, gue mau cerita. Gue ke jogja yaaa! Malam ini", kataku di social media line kepada sohibku.
"Yuhuu, ketemuan langsung malem ini??? Kangen nih sama bawelnya kamu," balasnya.

Malam ini juga, aku berangkat ke kota kenangan.

Ketika minibus elf yang kutumpangi sampai di jombor, Yogyakarta, gerimis turun. 5 tahun yang lalu, terminal ini adalah saksi bisu perjalanan selama di kota gudeg.

Dan dia. Ketika untuk pertama kalinya aku membonceng motor butut itu dari terminal jombor ini. Pertemuan dan perpisahan. Waktu itu dia pamit pergi.

Aku, yang waktu itu tak tahu nama perasaan itu. Perasaan yang selalu tertutup egoku sendiri. Aku, yang menganggap perasaan itu tak pernah ada!

Aku tak mau terganggu lagi dengan bayangannya. Aku harus menuntaskannya di kota ini juga.

Rintik gerimis turun satu-satu. Dan flash back kejadian masa itu terulang....

Selasa, 11 Oktober 2016

My letter #1

Sholat kali ini begitu lama, lebih panjang bacaan suratnya. Maklum, surat Ar-Rahman. Duh tartil nian, telinga yang mendengar adem dibuatnya. Kalau kamu gimana? Hafalanmu sudah sampe mana? Juz amma sudah hafal, kan? Atau... Terjemahnya saja lah. Sepatah dua patah kata. Ah tidak semuluk itu deh, sholat rawatib rutin?
Aih, malu.
Banyak sekali sesuatu untuk dipenuhi; sholat, bacaan Al-Quran, menerjemahkannya...
Tertatih lagi saat malas, dan setiap hari adalah waktu untuk mengingatkan diri sendiri agar selalu bersemangat.
Semoga hati kita selalu diteguhkan dalam nikmat Iman dan Islam.

Belajar ngaji masih harus kesana-sini, tak ada habisnya.
Menata hati juga. Urusan itu benar-benar memakan waktu. Sibuk.
Kamu juga sesibuk itu kan dalam urusan kebaikan?

Jangan berharap pada manusia, karena kau akan kecewa akan pengharapan pada manusia. Sekecil apapun harapan itu.
Bahkan Sayyidina Ali RA pernah berkata; Aku banyak merasakan pahitnya kehidupan, namun sepahit-pahitnya itu adalah berharap kepada Manusia...
Sebaik-baik pengharapan tetap Allah. Camkan itu baik-baik...

Aku dan kamu. Kita terpaut oleh lorong bernama jarak dan waktu. 
Jika terlalu lelah menanti, aku yakin di hatimu masih ada sebaik-baik sandaran hati. Ingat Allah bersama kita. Innallaha ma'ana.
Kamu.
Kuharap kau tidak mengeluh dengan upload status alay atau meme-meme kekinian yang mewakili suasana hati. Ah tapi alay sedikit untuk update status galau gapapa kali ya? Jangan. Kalau lagi galau mikirin aku, syukur-syukur kalau kamu mau tulis surat sepanjang ini. Surat yang ditulis saat gundah gulana biasanya bagus, loh. Hehehe maap ya becanda ini. Eh tapi bener loh emang gitu biasanya.

Em...
Maaf, aku masih memperbaiki diri di sini. Jadi nggak ada hal lain pesan yang bisa kusisipkan untukmu di surat ini selain bersabar. Bersabar hingga waktu yang ditetapkan.

Walaupun jujur di hatiku yang paling dalam, aku sangaaaat merindukan sosokmu.
Teka-teki ini masih rumit. Bisakah kau bantu selesaikan?
Hmmm, kalau aku boleh bertanya sekali iniii saja

Sebenarnya kamu siapa sih?

Senin, 29 Agustus 2016

Jang Ok Jung, Cintanya Sukjong

Siapa yang suka nonton drama saeguk (Historical drama; Masa Goryeo, Joseon, Silla dll)? Saeguk itu kalo di Indonesia semacam drama jaman Majapahit, Sriwijaya, Tarumanegara dll...(atau dendam Nyi Pelet?).
Yang suka acungkan jari! :D
Kali ini saya akan membahas salah satu drama saeguk yang berjudul "Jang Ok Jung, Live in Love"
Tayang pada tahun 2013, drama berjudul Jang Ok Jung, Live in Love bercerita tentang satu-satunya Selir Raja di masa Joseon yang diangkat menjadi Permaisuri-Raja Sukjong.

Fame Fatale

Diperankan oleh Kim Tae Hee, karakter Jang Ok Jung semakin kuat menjadi sosok "Fame Fatale" pada masanya. Bagaimana tidak, kecantikan asli Jang Ok Jung disebut dalam Sejarah Korea yang terangkum dalam Annals of Joseon (She is widely thought to be one of the most beautiful women in Joseon, and her charm was mentioned in the Annals. She belonged to the chungin class or middle class and came from a long line of interpreters).
Dia juga mahir berbahasa Mandarin (China) yang pada masanya adalah bahasa pengantar buku di sekolah-sekolah kerajaan dan rakyat kelas atas. Jadi sudah pasti kalau dia cewek cerdas. Mungkin pada masa kini, bahasa Mandarin saat itu semacam Bahasa Inggris dan Prancis kali yaaa.... Fame fatal-nya juga terbukti dengan hanya dia satu-satunya selir Raja Sukjong yang berhak naik tahta menjadi Permaisuri! Padahal kan, selir Raja Sukjong buanyakkk.

Jang Ok Jung vs. Dong Yi
Jang Ok Jung melahirkan dua versi Sejarah--Jang Ok Jung Si Antagonis dan Si Protagonis. Namun kebanyakan dari film yang diangkat dari sisi antagonis Jang. Dari penilaian paling objektifku, Jang Ok Jung memiliki seorang putra mahkota yang agak lemah fisiknya. Putranya hanya memerintah Joseon selama dua tahun. Jadi, Putra Mahkota Yun tidak mempunyai cukup waktu untuk menaikkan derajat sang Ibu yang penuh skandal politik itu. Sehingga banyak potret Jang Ok Jung yang dibelokkan dari Jang Ok Jung yang sebenarnya.
Maka drama ini adalah angin segar diantara pilihan drama tentang Jang Ok Jung yang kurang manusiawi penggambarannya dari 'Dong Yi-Jewel in the Palace' (Yang sering mantengin TV channel Indosiar pasti tahu Dong Yi). FYI, Dong Yi adalah salah satu selir Raja Sukjong yang melahirkan putra Mahkota Yeoning, kelak memerintah Joseon dalam kurun waktu 20 tahun, setelah masa kekuasaan putra Jang Ok Jung.

Cinta dan Keangkuhan
Jang lahir di middle class, cerdas, dan cantik jelita. Dia bisa saja menikahi laki-laki kelas atas dan hidup berbahagia, namun takdir menuntunnya untuk bertemu Sukjong, salah satu raja yang 'kuat' dalam sejarah Joseon. Mereka bertemu sejak remaja dan saling jatuh cinta. Walaupun, pada akhirnya, Sukjong tidak bisa serta merta menikahi Ok Jung. Sebelum menikahi Ok Jung, Sukjong harus menikah dengan calon permaisuri pilihan Kerajaan (Queen Ingyeong yang meninggal akibat wabah cacar). Setelah itu, Ibu Sukjong masih tidak merestui hubungan Sukjong-Ok jung dan memperkeruh suasana dengan mengajukan Ratu Inhyeon sebagai calon istri resminya. Ok Jung terpaksa menjadi selir, karena status kelas bawah nya juga semakin mendorong jauh kesempatannya untuk menjadi permaisuri. Namun Sukjong saat itu berkata pada Ok jung,
"Kelak ketika Aku menjadi Raja, akan kujadikan kau wanita nomor satu di Joseon!" Sukjong menepati janjinya, walaupun tekanan politik akhirnya berhasil menggulingkan Jang Ok Jung dari Tahta Permaisurinya.

Ok Jung muda saat itu belajar tentang kebencian, ketidakberdayaan dan dendam. Cinta yang pada awalnya murni tak tercampuri oleh intrik politik apapun, sejak saat itu berubah. Ok Jung mulai membangun jaringan politik di dalam istana yang bisa menjamin keberadaannya dalam istana. Keadaan itu dimanfaatkan oleh partai selatan yang fraksinya saat itu lemah-dengan mengusung Ok Jung sebagai backing nya. Calon permaisuri yang akan naik tahta.
Mungkin, jika saat itu Ibu Sukjong tidak mempersulit Ok Jung di dalam istana, Ok Jung takkan menjadi orang yang serakah akan kekuasaan dan menghalalkan segala cara seperti yang digambarkan sejarah :D

Awalnya cinta, akhirnya pun tetap cinta
 Di ending drama, Jang Ok Jung difitnah membuat persembahan untuk membunuh permaisuri Inhyeon, sehingga harus dihukum mati (difitnah nyantet). Saat itu Sukjong benar-benar ditekan dari sudut manapun untuk berhenti membela Ok Jung. Benar-benar dilema. Bagaimana mungkin, dia sanggup menjatuhkan hukuman mati untuk orang yang paling dicintainya?


Di sisi lain, Ok Jung mengetahui dilema suaminya. Dia sadar betul keberadaannya semakin menyulitkan Sukjong, sehingga dengan sukarela meminum racun, ketika lawan politiknya menyiapkan meja dengan semangkuk racun untuk hukuman mati. Sukjong terlambat menyadari keputusan Jang Ok Jung... Dia mendapati saat-saat terakhir itu, ketika racun sudah menyebar di tubuhnya.
Jang Ok Jung; "Terima kasih, untuk tidak pernah melepaskan tanganku sampai saat terakhirku"

Bener-bener ending yang nggak nguatin ngelihat Yoo Ahn In oppa nangisin Ok jung :( :( :(

Ok Jung memang akhirnya meninggal karena hukuman mati dengan racun. Namun setelah kematiannya, Sukjong menghapus hukum Selir boleh menjadi permaisuri sejak itu. Yang akhirnya menjadikan Jang Ok Jung satu-satunya selir yang naik tahta menjadi permaisuri... pembuktian cinta dari Raja Sukjong yang agung untuk cintanya, Jang Ok Jung.

King Sukjong and Jang Hee Bin (Jang Ok Jung) Tombs

Rabu, 22 Juni 2016

Hati-hati

"Hati, kali ini mau kemana kau?"
"Aku mau jalan-jalan. Lagi penat."
"Ingat terakhir kali jalan-jalan? Kau malah penat jadinya. Mana sembab pula muka kau."
"Ah itu. Aku tahu kemana harus pergi sekarang. Tenang saja."
"Kali ini mau kemana?"
"Aku akan pulang ke Sang pemilik segalanya. Pasti Dia juga yang punya hatiku, kan."
"Sekarang kamu mengerti?"
"Aku sedikit mengerti."
"Syukurlah. Hati-hati ya. Semoga perjalananmu menyenangkan! Sampai bertemu dengan cintamu, hati."

Jumat, 27 Mei 2016

HUJAN DAN PAYUNG part 2

Akhirnya sampai juga di Kaliwungu. Ketika aku turun dari angkot, astaga, laki-laki itu juga turun! Jangan-jangan... Dia seorang stalker yang sengaja mengikutiku sejak dari Semarang??
Tarik nafas dalam-dalam... Dan lari!
Diantara gerimis dan becek, aku lari menuju rumah nenek yang tak jauh dari alun-alun Kaliwungu.

"Eh, nduk sudah pulang? Ngapain lari ngos-ngos an gitu?" tanya simbah, nenekku.
Aku melirik kanan kiri, depan-belakang. Alhamdulillah tak ada yang mengikuti lariku.
"Mboten napa-napa mbah, ayo masuk rumah, gerimis di luar," ajakku.
"Mbah Ainun meninggal sore ini, mbah mau layat kesana sekarang,"
"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun... Sebentar mbah, tunggu in aku mandi nanti tak anter kesana, oke?"
"Ojo suwe-suwe ya nduk??!"

***

Setibanya di rumah duka...
Masih gerimis saja. Semakin menambah sendu suasana duka di rumah keluarga mbah Ainun. Aku masih terdiam di depan rumah. Mengenang masa kecil.

Dulu sekali, saat aku masih seumur balita, aku sering diajak mbah Ainun pergi kemana-mana. Seperti cucu kandung sendiri. Aku tahu beliau dan keluarga nya menyayangiku.
"Eh, mbak nya yang tadi? Bener kan?"
Kok suaranya nggak asing di telinga..
Aku berbalik. "Masnya yang tadi?" aku ketakutan. Jadi, sebenernya dari tadi di rumah nenek sampai sini aku diikutin?? Ini lebih shockable daripada berita mbah Ainun meninggal!

"Kenapa mbak? Ada yang salah?" tanya laki-laki itu kebingungan melihat ekspresi ku yang zonk. OMG, what should I do?

"Nduk Qia, kamu dicari-cari dari tadi kok gak masuk-masuk..." suara nenekku.
"Lho, masnya ini...," lanjut nenekku sambil mengingat-ingat sesuatu, "bukannya jenengan putranya Pak Irham yang baru pulang ya?"
"Iya mbah, betul sekali, saya putranya. Nama saya..."
"Apaa?" saking kagetnya aku lupa menutup mulutku. Jadi dia bukan stalker!
Astaga Qia, kamu udah kebanyakan nonton drama Korea!!!!

Aku malu, mending ngacir aja deh ke dalem rumah!

Rabu, 25 Mei 2016

Yang menyejukkan pandangan

"Kau mempunyai wajah yang menyenangkan, ina..." seseorang memuji Ina setelah kelas mendongeng nya usai. "Enggak ngebosenin melihatmu sepanjang waktu. Aku sering mengikuti kelasmu dan tak terasa aku sudah mengikuti kelasmu hingga selesai...

"Kau juga pandai bercerita, seperti ibumu, yang pandai mendongeng dengan selentingan-selentingan yang cerdas dan lucu," lanjutnya.
"Juga pendengar yang baik. Tahu kapan harus bicara dan kapan harus mendengarkan.
Dan pada satu waktu, ketika aku harus menggambarkan sosokmu dalam satu kalimat saja, kau adalah sesuatu yang menyejukkan pandangan..."

Aku terperanjat mendengar pujian pamungkas ini. Entah ini pujian atau sekedar ujian. Aku tak tahu harus berkata apa. Kau tahu, semua ini adalah ciptaan Tuhan yang dititipkan sementara. Entah akan selalu menyejukkan pandangan atau berubah merusak pandangan, ada ditangan manusia yang dititipi.

Tahukah kau,
Terkadang, pujian adalah bentuk lain dari ujian, bukan?

Selasa, 17 Mei 2016

Hujan dan Payung

Sore ini aku benar-benar terlambat sampai rumah. Apalagi hari ini tidak membawa motor ke kantor karena harus pakai kebaya. Make up yang sudah seharian ini gak karuan bentuknya. Kerudung juga udah mencong sana-sini. Berakhirlah aku di halte Siliwangi ini. Dan.. Hujan turun. Dengan dramatisnya!
Sempurna sudah hari ini.
Ada satu tempat duduk kosong di sebelah seseorang laki-laki yang sedang serius membaca. Aku menuju nya untuk duduk di sampingnya, sembari menunggu bus BRT datang (bus trans semarang).
Sampai akhirnya bus tiba, penumpang benar-benar membludak di dalam bus. Maklum, jam pulang kerja. Aku memutuskan berdiri di dekat jendela. Spot favoritku. Orang itu, laki-laki yang duduk di sebelahku di halte tadi, juga tidak kebagian jatah tempat duduk. Dia berdiri tepat di seberang pandanganku, di dekat pintu otomatis. Masih serius membaca bukunya. Kali ini dengan jelas aku bisa tahu judul buku yang dibacanya. Novel yang beberapa bulan yang lalu sudah kubaca. Wah, rupanya mas-mas bisa hobi baca novel itu juga ya...
Tak terasa sebentar lagi sudah sampai shelter Terminal Mangkang, perbatasan antara Semarang dan Kendal. Saatnya aku dan banyak penumpang terakhir lainnya turun. Termasuk laki-laki itu. Astaga.. Hujan semakin deras saja. Padahal aku masih harus naik satu angkot lagi untuk sampai ke rumah nenek.
"Mbak, mari!" ujar seseorang membuyarkan pikiranku tentang hujan.
Laki-laki pembaca novel itu.
"Iya, mas. Kenapa?"
"Payungku lebih dari cukup untuk berdua. Biar gak kehujanan sampe angkot," tawarnya.
Meski agak ragu-ragu, aku melangkah juga ke arah payung itu..
"Terima kasih payungnya,"
"Enggak apa-apa, daripada make up mbak luntur, kan. Hehehe," candanya.

Aku tersipu. Mungkin hanya aku di dalam bus yang berkebaya dan berdandan seperti itu. Ejekan yang pas mengena. Hahaha.
"Orang Kendal juga?" tanyanya.
"Ya. Masnya juga?"
"Aku sebenarnya juga orang Kendal, tapi baru saja merantau lagi ke Kendal. Pulang kampung."
Payung menemukan hujan... Ataukah hujan yang menyentuh payung?
Entahlah
Hujan turun semakin deras. Dan dalam persimpangan, dua manusia bertemu.
Part 1. Bersambung 😊

Rabu, 11 Mei 2016

Sebenarnya, Apa Yang Kau Cari?

Dulu sekali. Saat menjejakkan kakiku untuk pertama kalinya di Kota Reog Ponorogo, aku mendapati pertanyaan serupa. Disini, apa yang kau cari?

Aku dahulu akan menjawabnya begini, "Aku akan mencari teman sebanyak banyak nya. Aku akan memiliki teman dari seluruh penjuru Indonesia. Aku akan pastikan menjadi juru bicara bahasa Inggris dan Bahasa Arab handal di tahun pertamaku, aku akan belajar dengan sangat giat. Aku pastikan akan masuk Koordinator Gerakan Pramuka!"

Dulu, aku dengan sangat gamblang akan menjawabnya panjang lebar. Dulu.

Lalu sekarang, apa yang sebenarnya kau cari?

Pertanyaan masa kanak-kanak yang simple, akan terasa berat menjawabnya ketika beranjak dewasa seperti saat ini.

Ca, sebenarnya apa yang kau cari?

Ah, entahlah. Aku sedang mencari entah apa yang kupahami sendiri. Aku hanya akan mencari dalam diam.

Senin, 09 Mei 2016

Bahkan saat aku tahu, aku pura-pura tak tahu...

"Apa kabar?"
Sejam, dua jam, hingga 5 jam... Aku masih tak mengusiknya. membiarkan pesan itu tak terbalas.

Please, woles! Santai saja!

Tapi dalam hati, aku sedang berperang. Aku harus membalasnya? atau sekedar menjawab dengan santai?

"Baik. Pakabar juga?"

Kau tahu, aneh sekali memulai percakapan yang telah terputus lama sekali. Seperti menyambung paksa tali yang telah putus, yah, begitulah.

Aku tahu, bahkan sejak dulu sekali, bahwa dia bukan orang yang kucari. Bahkan saat aku tahu, aku tetap pura-pura tak tahu...

Rabu, 03 Februari 2016

Every place has its story—Meeting Hall 5 tahun 7 bulan yang lalu




Setiap tempat punya ceritanya sendiri. Seperti setiap orang yang punya cerita masing-masing. Sebenernya aku terinspirasi nulis cerita ini karena kebetulan seminggu yang lalu aku berkesempatan mengunjungi Ponorogoku tercinta. Yah, walopun sebentar sih, nevermind.

Jadi karena waktu yang sebentar itu, aku dan sohibku yang setia mengantar-jemputku selama di PO (Ponorogo-red)—Oci, memanfaatkan waktu yang sempit sebaik-baiknya untuk kengen-kangenan dengan teman-teman yang masih di asrama. Setelah urusan di sekolah kelar jam 9 pagi, kami cus meluncur ke asrama. 

Motor Oci langsung terparkir di depan bagian Pengasuhan—Flashback- 5 tahun yang lalu, sebelum kita lulus, boro-boro parkir di depan pengasuhan. Lewat aja dag-dig-dug-der. Dulu aku hanya ke bagian Pengasuhan saat berurusan dengan perizinan keluar asrama aja. Pokoknya asal dapet izin—hawanya mangkirr aja dari satu kantor itu... *segitunya emang, karena cuma yang pernah tinggal di asrama aja yang tahu rasanya minta izin keluar dari bagian Pengasuhan cuma buat ke kota setiap hari jumat.*

Alhamdulillah bisa berjam-jam ngobras sama Rintul *panggilan akrab teman-teman seangkatan buat ustazah Rina.. kalo bukan seangkatan haram lohya panggil rintul, haha^^* cerita banyak hal ngalor-ngidul, pokonya bahas sana-bahas sini. Saking asyiknya kita sampe lupa waktu—hampir 3 jam aku, oci & rintul ngobrol di depan kamar rintul (MABIKORI). 
Maklumlah teman lama mah gak pernah kehabisan bahan obrolan. Toss dulu kite-kite..


Meeting Hall: tempat dengan sejuta memori

Mabikori (Majelis Pembimbing Koordinator) berada tepat di depan kamarku saat jadi pengurus dulu, namanya Syaula (First Aisyah Office)—singkatan dari Aisyah ‘Ula atau artinya Aisyah Satu. Syaula itu semacam white house-nya pesantren karena pusat pemerintahan pesantren ada disitu *uju bunenggg kok terkesan lebay seh*. 

Hmm gimana yaa, emang bener sih, roda kehidupan di asrama tuh bergantung sama kepengurusan OSWAH-semacam OSIS SMA, tapi beda jauhhh. Kalo OSIS ngurusinnya kegiatan ekstra di sekolah tok kan ya, nah OSWAH ini mengurusi kehidupan sehari-hari santriwati. Dari bangun tidur sampe tidur terus sampe bangun lagi... Widiwww... kurang wow apa coba?

Makanya bagian-bagian dari pengurus OSWAH itu seabrek: ada yang namanya bagian Keamanan (Security Section), Bagian Pengajaran (Education Section), bagian Bahasa (Language Section), bagian penerangan (Information Section), bagian pramuka (Coordinator office), kebersihan (Cleaning Section), dan seterusnya sampe kantin, koperasi, de el el, masih banyak lagi yang lainnya yang pastinya panjang banget kalo ditulis satu-satu di postingan iniii... harus buka buku LPJ buat nulisin semua *Laporan Pertanggung Jawaban*.

Kantor Syaula juga berhadapan dengan kantor Pengasuhan, dan bersebelahan dengan Meeting Hall. Mungkin kalau ada foto tampak udara gitu bentuknya jadi segitiga antara Syaula-Meeting Hall-Pengasuhan. Tiga gedung ini memang berhubungan satu sama lain. Meeting Hall, selain untuk mengadakan acara-acara besar seperti Bazaar, Pergantian pengurus, LPJ, Etiquette, dan perpisahan... Meeting Hall juga adalah tempat untuk pameran (bukan arti yang sebenarnya). 

Jadi gini, dulu untuk memberi efek jera buat para trouble maker, biasanya si pelanggar hukum akan dihukum berdiri selama jam makan malam—dari maghrib sampe isya di meeting hall, di tempat banyak orang berlalu lalang di jam itu, sambil dikalungkan tulisan besar-besar dalam kardus sebesar hukumannya—seberapa besar sanksinya, sebesar itu pula tulisan kardus pelanggarnya. Para trouble maker akan berdiri *ngga boleh senyum ato mangap-buka mulut sedikitpun* selama 1 jam an. Tergantung lama waktu antara maghrib dan isya.

Dari zaman SMP sampe jadi si empu lonceng legendaris, Bagian Keamanan, Meeting hall telah menyimpan banyak cerita. Saat pertama kali mengikuti Khutbatul Arsy kelas satu SMP dulu, tempat etiquette kepulanganku yang pertama, Bazaar Oswah, Bazaar Akbar *Nge MC bareng MC mate ku, Tyas*, PSTJ, LPJ, sampe perpisahan.

Atau ketika aku duduk di kelas empat (1 SMA) saat seluruh teman seangkatanku dihukum massal oleh bagian keamanan, bahasa, dan bagian pengajaran sekaligus karena entah alasan apalah itu. Kemudian dari kejadian ini terciptalah lirik “We are forever trouble maker” gubahan dari lagu “FIFA forever” kalo gak salah...


Meeting Hall juga jadi saksi bisu panggung Drama Arena dan Panggung Gembira. Atau saat aku dan teman-teman sujud syukur di halaman Syaula, waktu kita resmi jadi bantara sejati di hari terakhir SKU pramuka. Waktu itu aku gak jadi come back forever—yang satu ini akan dibahas dijudul postingan baru, soalnya udah kepanjangan di sini. :D

Semuanya, jika dirangkai jadi satu cerita, mungkin akan jadi novel yang lebih panjang halamannya dari Negeri Lima Menara-nya Ahmad Fuadi, karena ini tentang cerita ratusan perempuan *cantik, uhuk* yang hidup dalam satu atap dengan berbagai macam permasalahannya. 

With love, for my beloved Almamater Al-Mawaddah Coper, Jetis, Ponorogo

Jumat, 29 Januari 2016

Just dont tie it hard



Every second of your life,
You never know whom you will meet till you meet

You will meet a man who sat next to you in a train
When you travel to somewhere on earth by your self
And he'll become one of your favorite travel partner then

Or in a city park,
When you read a book by your self
Apparently a guy come and say some phrase in the book you are currently reading
You guys discuss many interesting things you love

Or every sweet meeting that human can possibly face :)

From then you keep each other contact in phone

Keep up the sweet friendship,
But if love comes up
And everything does not run smoothly in the middle way
don’t screw it up

End it well
or just don’t tie it hard from the beginning
Don’t let the feeling take part

So random. Ever read somewhere in some paper

Sabtu, 23 Januari 2016

Mudahnya terinspirasi #kereta malam

Semacam ingin sesukses Joanne Kathleen Rowling, yang pertama kali terinspirasi tentang tokoh Harry dalam "Harry Potter" series nya ketika dia melakukan perjalanan seorang diri naek kereta. Jugijagijugijakijug.., kereta berangkat #ups malah nyanyi

Akhirnya ketika jari sudah siap mengetik apapun saat duduk di peron, pengumuman berbunyi bahwa keretaku akan datang. Nahloh, kan harusnya masih jam 23.27? Ini belom ada jam 23 alias jam sebelas malam kok udah masuk kereta saja...
Ternyata kereta berangkat semenit lebih awal. Jam 23.26 wib.

Aku dapat jatah no. 8E, satu cewek dengan 3 mas-mas.. pandangan sempat teralihkan karena dua mas-mas di depanku bawa 2 koper segala plus ribet naro-nya. Dan Mas yg duduk di samping bisa jadi temen ngobrol asyik selama setengah jam-an. Lumayan ngobras ngalor-ngidulnya.. sayang turun di Solo.

Jugijagijukgijakijug kereta berangkat...

Setelah berhenti lama di Solo Jebres, kereta melaju cepat di kota  antah berantah...
Dan seiring mata yang mulai memerah, mulai ngawur juga arah tulisan ini...
Kapan-kapan kalau perginya naik kereta ekonomi, gausah ribet bawa koper ya Mas, susyah nyari tempat kopernya. He he #peace

Lho kok malah begini nulisnya, harusnya kan bisa bikin tokoh Harry Potter?? Biar kayak JK. Rowling. Pret!

Minggu, 10 Januari 2016

Gara-gara si Emak Kece

mhuahahahahaha....*ketawa iblis*
Baru-baru ini ada satu blog yang terus aku ikuti, yang isi tulisannya adalah curhatan. Yup! curhatan! 
Ternyata curhatan juga bisa jadi bahan postingan yang sangat menarik, karena bahasa yang digunakan ngga terlalu resmi dan terkesan mengalir, langsung ngena ke pembacanya. Blogger kece ini expert-nya per-korea-an dan Hallyu Star dengan jargon khas galon-kulkas-gas-ala emak-emak.
Dan..
terserah mau bahas tentang apapun selama masih batasan wajar di blog. Masalah pribadi, keluarga, hobi, bahkan komentar so whatever-lah tentang drama korea terakhir yang baru aja ditonton pun sah-sah aja *malah aku paling suka baca ulasan tentang korean  wave dari beliau-> @http://erryandriyati.blogdetik.com/ soalnya ulasannya unik dan beda dari yang lain. Aku paling suka opini yang Bibiteliti bikin tentang Logika Drama Korea. Asli bikin ngakak, tapi kenyataannya drama korea emang gitu sih. Tahun 2014 emak yang satu ini juga berhasil memandu netizen Indonesia untuk memboikot salah satu judul sinetron yang jelas-jelas ngejiplak drama Korea. Bener-bener panglima blogger kalo udah sampe pemboikotan, mah :D
Intinya, Blog yang menarik menurutku adalah blog yang berhasil mempertahankan eksistensinya (tetep eksis ngepost minim 1x seminggu kali ya), bahasanya mengalir apa adanya, informatif (sekali ngepost ada gambarnya) dan nggak ngebosenin.
Gara-gara blog itu, aku jadi ketularan ingin merenovasi konten blog yang udah kayak rumah kosong ini jadi lebih hidup. Harus mulai dengan nyicil latihan nulis diary setiap ada moment menarik yang bisa ditulis.. makasih mama Kayla n Fathir. Susah sih ngebiasain nulis intens, setiap ide bersliweran susah nyetop-stop nya. Tapi aku sekarang mulai biasain diri pasti nulis minimal 1 paragraf setiap buka lappy. Hehehe.. *Fighting, newbie!!!

Kamis, 07 Januari 2016

Prologue: When a Man Loves

Aldi Akbar sedang melihat-lihat hasil jepretan kameranya. Ada beberapa objek menarik yang akhir-akhir ini terus Ia ambil. Tiga tahun yang lalu Aldi mulai mengikuti ekstra kulikuler fotografi dan dia adalah salah satu fotografer terbaik di kampus. Entah itu objek hidup maupun mati, di tangannya, gambar yang dibidik seolah bercerita. Seperti satu objek yang tengah dia amati sekarang. Objek inilah inti dari kisah ini, sepertinya.
“Di, masih betah aja sih dari tadi? Aku pulang duluan ya!” Mia, sohibnya yang sama-sama anggota fotografi pamit pulang.
“oke, duluan aja sana!” sahutnya pendek. Selain Mia, sebenarnya ada rendra di ruangan itu, yang sedang tidur nyenyak di pojok base camp. Seharian dia hunting foto di Kaliurang. Pantas saja molor, gumam Aldi pelan.
Saat inilah yang paling Aldi suka. Hanya dia seorang diri menguasai basecamp itu. Aldi menyambungkan kabel usb kameranya ke komputer basecamp. Aktifitas rutinnya tiap malam. Menyortir foto-foto bidikannya ke dalam folder-folder. 
Tadi pagi dia banyak membidik aktifitas ospek hari pertama ketika dia menemukannya, seorang junior berkerudung merah-yang sekilas terkesan jutek. Aldi pun diam-diam memotret cewek berkerudung merah itu, hampir seharian. Satu kemewahan waktu yang hanya bisa dinikmatinya saat sepi sendirian di base camp fotografi. Setelah semua file foto terback-up di komputer, tak terasa dia sudah mengambil foto dari si kerudung merah lebih dari 100 jepretan!
#DoubleA #AsyilaAldi
To be completed

Senin, 04 Januari 2016

Learn from the Owner of Nulisbuku.com

Let's learn how to generate our ideas from kak Ollie, the writer of most recent book I reviewed 'Passport to Happiness'

Spend morning in a bookshop or cafe

Keep a notebook to compile ideas--or in my case; a cup of coffee and a notebook
Read ALL kinds of books; yes I still read more than 2 books a day--I still try my best to do it
Break your routines, try to ignite stories--definitely!
“Steal” conversations from people--OMG kak Ollie, I love to do that too, although sometimes look like 'Nguping' hehe. is it still polite?

Mimpi di antara Kaliwungu dan Amsterdam

Serba-serbi foto Om Shomad dikelilingi burung dara. Kapan ya foto di Eropa kayak Om Shomad gini? *Langsung kepikiran whatsapp Jana, temen buleku*

Bagian Ketujuh! Yuhuu!
Shomad mengerjapkan matanya, mengumpulkan kesadaran dan melihat sekelilingnya. Oh, dia ingat sekarang. Kursi yang didudukinya bernomor 13 C pesawat tujuan Amsterdam, Belanda. Dalam tidurnya yang kurang nyaman dia bermimpi aneh.

Transit di Changi Airport

Bagian Keenam!

Belum sempat Shomad memenjamkan mata lagi untuk tidur, dari sistem audio pesawat sebuah suara merdu mengumumkan dalam dwi bahasa bahwa sebentar lagi pesawat yang tengah dinaiki akan singgah sebentar di negeri seberang: SINGAPURA!