Setiap orang punya versi
masing-masing tentang bahagia. Begitupun aku. Masa kecilku menurutku sangat
bahagia, karena pada saat itu belum mengenal benda-benda masa kini semacam
handphone, komputer, tablet pc, games online, internet dan teman-temannya. Kenapa
begitu? Kerena masa kecilku akan terasa hampa jika hanya kuhabiskan bermain
dengan benda-benda itu. Karena pada dasarnya, sekarang, benda-benda itulah yang
selalu berputar di sekelilingku. Terkadang, terlalu menganggu…
Aku belum terlalu cocok
untuk disebut anak kota, tetapi juga tidak memper untuk dipanggil cah ndeso
#ngeles haha. Tetapi syukurlah, walopun ortu akhirnya berpindah dari villa
mertua indah menuju tempat yang sedikit lebih kota (kenyataannya jauh lebih
sepi dibanding Kaliwungu), aku sudah dibiasakan berbahasa jawa sejak belia.
Kalo kata ummi sih, biar nggak jadi kacang yang lupa sama kulitnya. Bahasa
Indonesia sangat mudah dipelajari, bisa nanti-nanti. Apalagi bahasa Inggris, SD
pun aku sudah mempelajarinya. Karena darah Jawa mengalir dari kedua garis Ayah
dan Ibu–Abah asli Magelang dan Ummi berasal dari Kaliwungu, kendal, belajar tutur
bahasa jawa sangat penting, terutama untuk mempererat silaturahmi dalam
keluarga besar.
Pada 5 tahun pertama
pernikahan Abah dan Ummi masih menumpang di Villa Mertua Indah di Kaliwungu,
yang kemudian membuatku tumbuh berkembang semasa golden age (1-5 tahun) dan
8-11 tahun di sana. Karena itulah aku tidak punya banyak teman di sekitar
Kendal (rumah ortu yang sekarang). SMP dan SMA kuhabiskan waktuku belajar di
Jawa Timur. Teman-teman masa kecilku, otomatis, cuma cah Kaliwungu dan
sekitarnya saja…
Udan-udan an (Hujan-hujanan)
Permainan masa kecil paling
kusuka adalah udan-udaan an alias hujan-hujan an! Saking asyiknya
hujan-hujanan, biasanya aku ngga bakalan pulang ke rumah sebelum Mbah Mun
teriak-teriak memanggilku.
Sepuluh tahun yang lalu, kampung nenekku masih sering kebanjiran jika diguyur hujan lebat yang menyebabkan banjir lokal. Tapi bagi anak kecil seusiaku, itu adalah wahana bermain air yang jauh lebih mengasyikkan dibandingkan Dufan. Anak-anak yang jauh lebih dewasa bergotong royong membuat rangkaian rakitan perahu dari tong yang sudah tak dipakai. Jadilah perahu dadakan itu ramai dinaiki anak-anak kampung di kali belakang rumah. Suasana permainan makin klimaks saat hujan turun semakin deras dan perahu bergerak semakin cepat mengikuti arus sungai yang deras. Asyik banget! aku dengan alasan paling melankolis mengenang kejadian di masa kecil itu, kangeeeen untuk melakukannya lagi. Sayang sekali kampung nenekku sekarang udah nggak jamannya kebanjiran lagi.
Sepuluh tahun yang lalu, kampung nenekku masih sering kebanjiran jika diguyur hujan lebat yang menyebabkan banjir lokal. Tapi bagi anak kecil seusiaku, itu adalah wahana bermain air yang jauh lebih mengasyikkan dibandingkan Dufan. Anak-anak yang jauh lebih dewasa bergotong royong membuat rangkaian rakitan perahu dari tong yang sudah tak dipakai. Jadilah perahu dadakan itu ramai dinaiki anak-anak kampung di kali belakang rumah. Suasana permainan makin klimaks saat hujan turun semakin deras dan perahu bergerak semakin cepat mengikuti arus sungai yang deras. Asyik banget! aku dengan alasan paling melankolis mengenang kejadian di masa kecil itu, kangeeeen untuk melakukannya lagi. Sayang sekali kampung nenekku sekarang udah nggak jamannya kebanjiran lagi.
Petak Umpet, Jamuran,
Bekelan, Dakonan, Pasaran, Loncat tali, Dong Rembet (Godong Mrembet)…
Apa sih yang dimainkan
anak-anak kecil jaman sekarang? #garuk-garuk kepala
Aku merasa sangat beruntung
masih mengalami dan melakukan permainan-permainan tradisional semacam petak
umpet, jamuran, cublek-cublek suweng, bekelan, dakonan, pasaran, sampai loncat
tali… Beberapa permainan itu dapat menyebabkan teriakan-teriakan histeris yang
memekakkan telinga! hihihi
Dulu, aku dan teman-temanku
tak akan berhenti bermain sampai orang tua masing-masing menjemput atau saat
teriakan-teriakan kami mengganggu orang yang tengah beribadah di mushola…
Ingatan-ingatan manis
tentang masa kecil itu entah kenapa selalu membuatku tersenyum dan bersyukur;
aku masih mengalami masa kecil yang layak dan bahagia, bermain sepuasnya dan
menjadi anak kecil seutuhnya. :D
Kelak jika aku berkesempatan
menjadi orang tua dan mempunyai anak-anak yang lucu-lucu, aku tidak ingin
mereka berkenalan dengan benda-benda masa kini yang kusebutkan di awal tadi.
Sebelum mereka benar-benar bisa membedakan yang baik dan yang buruk, mereka
tidak boleh bersahabat dengannya dulu. Aku ingin membuat mereka merasakan
pengalaman bahagia menjadi anak kecil yang menghabiskan waktunya dengan bermain
permainan-permainan yang sehat dan benar-benar mengasyikkan.. seperti yang
kualami dulu.
P.S Ide tulisan tentang permainan Dong Rembet berasal dari salah satu teman main kecilku Dini (Anja Dini). Makasih Dini, Aku udah rada lupa.. hehehe
Sweet..
BalasHapusMakasih udah baca, btw, sawahjati dulu ada banjir2an gak? haha
HapusAda dek, terakhir dlu banjir2an tahun 2009 waktu aku mau lulusan. Waktu itu juga terpaksa batal berangkat sekolah padahal lagi tryout :D .. Tapi aku dari kecil gede di Perumahan BPI Plantaran jadi jarang liat banjir. Liatnya waktu pas gede di Sawahjati dan itu cukup bikin Shock.. Hehehe
BalasHapuskirain dari dulu udah di swhjati. Sekarang masih rame sebenernya di kampung nenek di Sarean.. tapi udah gak seasyik dulu
BalasHapusHebat, Ust Icha guru anak saya. blognya bagus
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung, Bunda...
HapusMasih belajar menulis, mohon masukannya untuk menulis sesuatu yg lebih baik, Bunda.. Ananda kelas berapa?