Kamis, 31 Desember 2015

Kisah Tania dan Danar

Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin. Dia membiarkan  dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya…”
Ungkapan di atas adalah salah satu kutipan dari novel favoritku, karangan Tere-Liye. Dalam beberapa hal terdapat beberapa kesamaan cerita antara aku dan tokoh utama, Tania. Tapi yang jelas, Aku tidak secantik dan sepintar Tania. :D



Salah satu hal yang bisa bikin banting novel yang lagi kubaca adalah saat membaca kisah tentang dua orang yang saling mencintai tetapi tidak berakhir dengan happy ending. Yang bikin mak jleb lagi, keduanya sama-sama tidak pernah mengungkapkan perasaannya masing-masing sampai salah satu di antara mereka telah menikah, dengan orang lain pastinya. *nyesek*
Kisah Danar dan Tania inilah salah satunya…
Danar ‘menemukan’ Tania dan adiknya di dalam sebuah mikrolet di Jakarta, saat mereka tengah mengamen. Waktu itu kaki Tania terluka akibat paku. Tania tak punya cukup uang untuk membeli sepasang sandal. Melihat kondisi Tania yang kesakitan menahan paku di kakinya, Danar pun menolongnya. Dia mengobati luka Tania dan membelikannya sepatu baru. Pertemuan itu, selanjutnya, akan merubah hidup Tania selamanya…
Janji-janji kehidupan yang lebih baik untuk Tania
Ayah Tania sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena sakit parah. Karena tidak ada tabungan yang tersisa dan Ibu tidak bekerja, Akhirnya Tania terpaksa meninggalkan bangku sekolah dan mengamen bersama adiknya. Saat bertemu Danar, Tania masih berumur 10 tahun dan Danar 25 Tahun. Bagaikan seorang malaikat, Danar membawa Tania dan keluarganya menuju kehidupan yang aman dan nyaman dari kerasnya hidup di jalanan, bahkan menyekolahkan Tania dan adiknya. Sampai akhirnya Tania mendapatkan beasiswa setingkat SMP di Singapura, tepat setelah Ibu Tania meninggal karena Tuberkulosis.
Benih-benih cinta yang menyesakkan hati…
Tania menganggap Danar sebagai malaikat penolong hidupnya, pun Danar menganggap Tania sebagai keluarga barunya, karena selama ini Danar hidup sebatang kara. Seiring berjalannya waktu, perasaan Tania kepada Danar tumbuh dari rasa kagum menjadi suka yang menyesakkan. Tania semakin memahami rasa itu saat Danar mengenalkan Kak Ratna sebagai pacar. Tania menganggap Ratna sebagai saingannya untuk menjadi pendamping hidup Danar. 
Tania terus memperbaiki diri untuk mengejar ketertinggalan sekolah beberapa tahun selama dia mengamen dulu. Dia belajar keras dan hasilnya, prestasinya amat cemerlang… Ia ingin menunjukkan kepada Danar bahwa Ia pantas untuk Danar. Bahwa seperti yang selalu Danar katakan kepadanya, Ia akan tumbuh besar dan cantik. Tania semakin dibuat geer ketika Danar memberinya sebuah liontin berinisial T.
“Dulu Anne pernah bilang, orang yang memendam perasaan sering kali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tau lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.” -Tania-
Tania memang sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan pintar, namun takdir berkata lain. Danar menikahi Ratna sesaat setelah Graduation Day Tania dari SMA Singapura.
Bagaimana dengan perasaan Tania? Hmmm inilah klimaks ceritanya..
Pengen jadi sekeren Tania
Seperti biasa, Tere-liye tak lupa menyisipkan pesan kebaikan di setiap tulisannya. Mungkin inilah inti dari novel “Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin”-> “Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.”
Tania memang tidak bisa begitu saja move on, tapi dia membiarkan waktu yang menghapus rasa kecewanya sambil terus berharap, suatu saat Ia juga akan bertemu seeorang yang pantas untuknya.. yang jelas bukan Johny Chan (teman Chinese nya di National University of Singapore). :D
Cool, Tan!

0 komentar:

Posting Komentar