Sabtu, 10 April 2021

Suami: Teman Hidup "Setara" untuk Istri

 Waktu remaja, aku tak pernah membayangkan jika ikatan cinta bernama pernikahan itu butuh restu semesta. Gak bisa dipaksakan (misal dipaksakan, pasti endingnya gak enak). Aku hobi memaksakan kehendak, yang akhirnya sering menyakiti diriku sendiri (wkwkwk sukurin!).

Beruntungnya aku di pertengahan usia 20-an ku, tepatnya di usia 24 tahun 6 bulan empat tahun lalu, aku dipertemukan jodohku. Finally!! 



Saat itu proses move on-ku dari kisah percintaanku yang selalu kusut hampir selesai. Lelaki bermata tajam itu terlihat kikuk di kursinya. Tapi setelah aku tiba-tiba bertanya tentang hal-hal out of the box tentang cerita masa lalu di pesantren dulu, di luar dugaanku dia mulai bercerita panjang lebar, yaang membuat proses perkenalan kami semakin "mulus", seperti masuk jalan tol. Prosesnya yang cepat, lancar dan membahagiakan membuat kami tak merasakan galau pra-nikah. Agak sembrono memang. Tapi, namanya Johan, ya. Ga ada yang tahu. (Johan: Jodoh dari tuHan)

Sejak awal menikah, aku selalu menekankan betapa pentingnya komunikasi yang pro aktif di antara kita. Paling anti kode-kode-an. Selama bisa diomongin, ya ngomonglah yang baik. Apalagi keluarga besar yang tinggal berdekatan, membuat kita berdua harus lebih piawai dalam menjaga hati banyak orang.

Teman Hidup, Setara, tak selalu se-Iya, tapi se-Rasa

Experience is the best teacher. It works for me. Finding a great husband is like building your dream home. You work on it.

3 tahun dan  dua anak: kerja keras dan kerja ikhlas. Makasih ya, sayang, udah jadi suami dan ayah yang baik. I knew you'll make a good husband and father. Meskipun aral melintang, tetep gandeng mesra tanganku, yo, ojo ragu-ragu. Mantep terus pokoke persis kayak waktu kamu lantang meminangku dulu.

Maaf kalo aku sering ngajak debat. Aku cuma mau nemuin your true colour. Kalo ga pake debat, ga keliatan aslinya. Biar kemampuanmu berargumentasi juga meningkat tajam. Ternyata sukses, to. HIHIHI. 

Terimakasih untuk selalu menjadikanku teman setara untuk berdiskusi, bertengkar, merajuk, momong anak, dan dalam banyak hal yang akan kita hadapi di masa depan nanti. Aku tahu di luar sana masih banyak suami yang menyepelekan istrinya sendiri, tanpa tahu manfaat memuliakan istrinya dengan menjadikannya teman SETARA.

Tetep jadi versi terbaik dirimu, ya, My partner in life. XOXO