Kamis, 31 Juli 2025

Aku Ibu, Tapi Tak Selalu Siap

Sampai detik ini, aku masih belum benar-benar tahu… Kenapa dulu aku begitu menginginkan anak. Apakah karena cinta? Apakah karena naluri? Atau karena kupikir, aku akan mampu menjalani semuanya? Kukira aku siap mengasuh kedua anakku. Kukira, dengan bekal seadanya ini, aku sanggup jadi ibu yang siaga. Yang hadir. Yang tahu harus berbuat apa. Tapi ternyata aku salah. Aku belum siap jadi ibu. Jauh dari siap. Dan aku mulai menyadarinya, pelan-pelan, di sela hari-hari yang terus berjalan. Kupikir dengan hadir setiap hari, semuanya cukup. Ternyata tidak. Ternyata menjadi orang tua tidak hanya soal fisik yang ada di dekat mereka, tapi juga tentang hati, kesabaran, kejernihan, dan kepekaan yang… tak selalu kupunya. Aku punya standar. Dulu, sebelum menjadi ibu, aku sudah menetapkannya. Aku ingin jadi orang tua yang mendengarkan. Yang sabar. Yang hadir utuh, bukan hanya tubuh. Tapi kenyataannya… standar yang dulu kugenggam kuat, justru sulit kujalani untuk anakku sendiri. Jujur, aku takut sekali menghadapi waktu. Takut kehilangan momen, takut menyadari bahwa mereka tumbuh sementara aku masih sibuk meraba-raba cara mencintai dengan tepat. Mereka tumbuh cepat. Terlalu cepat. Dan aku merasa tertinggal. Aku belum menjadi ibu andalan mereka. Belum seperti yang kuharapkan. Tapi aku masih di sini. Belajar. Gagal. Menyesal. Memulai lagi. Dan mungkin, itu juga bagian dari menjadi ibu. Bukan tentang selalu tahu arah. Tapi tentang terus berjalan, meski dengan langkah yang gemetar.

0 komentar:

Posting Komentar