Rabu, 30 Desember 2015

Kota Cahaya dan Gadis Palestina

Camera 360 
How was Madinah?

Madinah dulunya bernama Yatsrib. Namun semenjak kedatangan Rasulullah ke kota ini, beliau merubah namanya dengan sebaik-baik nama; Madinah Al-Munawwaroh… Kota cahaya…

Ahlan wa sahlan bi Madinatil Munawwarah!

Pesawat landing dengan mulus di bandara Internasional Pangeran Muhammad bin Abdul Aziz Madinah, alhamdulillah. Hanya perlu waktu 1 jam setengah terbang dari Abu dhabi. Suasana padang pasir mulai terasa… ditambah dengan bahasa arab yang terdengar dari sana-sini; pengeras suara, petugas imigrasi bandara, pun beberapa orang yang tengah bercakap-cakap di dekatku.
Bumi para Nabi, Rumah Rasulullah… kami datang!
f
Hi, Palestine!

Enaknya ikut agen travel adalah kita tak perlu repot-repot mengurus bagasi claim saat akan berangkat ataupun saat sampai di bandara. So, setelah turun dari pesawat, aku dan jamaah umrah yang lain dibimbing oleh ketua rombongan ke pemeriksaan paspor dan kartu kuning dari imrigrasi Kerajaan Saudi Arabia.

Nah, saat antri di pintu imigrasi itulah aku bertemu seorang gadis Arab yang berdiri di depanku. Kebiasaan umi pun muncul, berbisik kepadaku; Kasihan dia, berdiri sendirian gak ada temennya, ajak ngobrol gih…Well, mungkin kalo ummi bisa bahasa arab tak perlu aku lagi kali ya?
Aku pun memberanikan diri menyapanya.
“Assalamualaik,” -aku
“Alaikissalam, hi.. umrah?,” jawabnya. Ya ampun.. aku mungil banget di samping mbak Arab ini…
“Yes, and you?”
“Me too, already finish,”
“hmm. Min aina ji’ti?” Agak kaget juga mbak Arab mendengar pergantian bahasa yang tiba-tiba..
“Mafhum araby?” tanyanya. Aku mengangguk.
“Ana min filistiin, wa eint?”
“Ana andonesy” (jadi inget salah satu scene di film Ketika Cinta Bertasbih I, sayang aku ngobrolnya nggak sama cowok Arab. AAaaa.. hihihi)

Kemudian kami bersalaman. Dari perkenalan singkat itu, mbak Arab itu adalah gadis palestina yang mendapatkan suaka politik dari Lebanon. Dia adalah seorang pengungsi dari ribuan orang Palestina yang harus meninggalkan negerinya sendiri karena keamanan negeri yang tidak stabil. Sayang, kita tak bisa mengobrol lama-lama karena percakapan kami dipotong oleh petugas imigrasi yang memanggilnya ke kantor. Sepertinya terdapat masalah serius pada data paspornya. Dengan terpaksa dia menjabat tanganku dan mengucapkan salam perpisahan.

Sahhalallahu laki ya ukhti.. Semoga Allah selalu memberimu kemudahan, saudariku..
Setelah berpisah darinya, aku dan rombonganku melanjutkan perjalanan menuju Hotel Mubarak Al-Maasyi, tempat kami bersinggah selama di Kota Cahaya.
Ya Allah, lancarkanlah perjalanan umrah kami, semoga ridho-Mu selalu bersama kami. Amiin

0 komentar:

Posting Komentar