Rabu, 03 Februari 2016

Every place has its story—Meeting Hall 5 tahun 7 bulan yang lalu




Setiap tempat punya ceritanya sendiri. Seperti setiap orang yang punya cerita masing-masing. Sebenernya aku terinspirasi nulis cerita ini karena kebetulan seminggu yang lalu aku berkesempatan mengunjungi Ponorogoku tercinta. Yah, walopun sebentar sih, nevermind.

Jadi karena waktu yang sebentar itu, aku dan sohibku yang setia mengantar-jemputku selama di PO (Ponorogo-red)—Oci, memanfaatkan waktu yang sempit sebaik-baiknya untuk kengen-kangenan dengan teman-teman yang masih di asrama. Setelah urusan di sekolah kelar jam 9 pagi, kami cus meluncur ke asrama. 

Motor Oci langsung terparkir di depan bagian Pengasuhan—Flashback- 5 tahun yang lalu, sebelum kita lulus, boro-boro parkir di depan pengasuhan. Lewat aja dag-dig-dug-der. Dulu aku hanya ke bagian Pengasuhan saat berurusan dengan perizinan keluar asrama aja. Pokoknya asal dapet izin—hawanya mangkirr aja dari satu kantor itu... *segitunya emang, karena cuma yang pernah tinggal di asrama aja yang tahu rasanya minta izin keluar dari bagian Pengasuhan cuma buat ke kota setiap hari jumat.*

Alhamdulillah bisa berjam-jam ngobras sama Rintul *panggilan akrab teman-teman seangkatan buat ustazah Rina.. kalo bukan seangkatan haram lohya panggil rintul, haha^^* cerita banyak hal ngalor-ngidul, pokonya bahas sana-bahas sini. Saking asyiknya kita sampe lupa waktu—hampir 3 jam aku, oci & rintul ngobrol di depan kamar rintul (MABIKORI). 
Maklumlah teman lama mah gak pernah kehabisan bahan obrolan. Toss dulu kite-kite..


Meeting Hall: tempat dengan sejuta memori

Mabikori (Majelis Pembimbing Koordinator) berada tepat di depan kamarku saat jadi pengurus dulu, namanya Syaula (First Aisyah Office)—singkatan dari Aisyah ‘Ula atau artinya Aisyah Satu. Syaula itu semacam white house-nya pesantren karena pusat pemerintahan pesantren ada disitu *uju bunenggg kok terkesan lebay seh*. 

Hmm gimana yaa, emang bener sih, roda kehidupan di asrama tuh bergantung sama kepengurusan OSWAH-semacam OSIS SMA, tapi beda jauhhh. Kalo OSIS ngurusinnya kegiatan ekstra di sekolah tok kan ya, nah OSWAH ini mengurusi kehidupan sehari-hari santriwati. Dari bangun tidur sampe tidur terus sampe bangun lagi... Widiwww... kurang wow apa coba?

Makanya bagian-bagian dari pengurus OSWAH itu seabrek: ada yang namanya bagian Keamanan (Security Section), Bagian Pengajaran (Education Section), bagian Bahasa (Language Section), bagian penerangan (Information Section), bagian pramuka (Coordinator office), kebersihan (Cleaning Section), dan seterusnya sampe kantin, koperasi, de el el, masih banyak lagi yang lainnya yang pastinya panjang banget kalo ditulis satu-satu di postingan iniii... harus buka buku LPJ buat nulisin semua *Laporan Pertanggung Jawaban*.

Kantor Syaula juga berhadapan dengan kantor Pengasuhan, dan bersebelahan dengan Meeting Hall. Mungkin kalau ada foto tampak udara gitu bentuknya jadi segitiga antara Syaula-Meeting Hall-Pengasuhan. Tiga gedung ini memang berhubungan satu sama lain. Meeting Hall, selain untuk mengadakan acara-acara besar seperti Bazaar, Pergantian pengurus, LPJ, Etiquette, dan perpisahan... Meeting Hall juga adalah tempat untuk pameran (bukan arti yang sebenarnya). 

Jadi gini, dulu untuk memberi efek jera buat para trouble maker, biasanya si pelanggar hukum akan dihukum berdiri selama jam makan malam—dari maghrib sampe isya di meeting hall, di tempat banyak orang berlalu lalang di jam itu, sambil dikalungkan tulisan besar-besar dalam kardus sebesar hukumannya—seberapa besar sanksinya, sebesar itu pula tulisan kardus pelanggarnya. Para trouble maker akan berdiri *ngga boleh senyum ato mangap-buka mulut sedikitpun* selama 1 jam an. Tergantung lama waktu antara maghrib dan isya.

Dari zaman SMP sampe jadi si empu lonceng legendaris, Bagian Keamanan, Meeting hall telah menyimpan banyak cerita. Saat pertama kali mengikuti Khutbatul Arsy kelas satu SMP dulu, tempat etiquette kepulanganku yang pertama, Bazaar Oswah, Bazaar Akbar *Nge MC bareng MC mate ku, Tyas*, PSTJ, LPJ, sampe perpisahan.

Atau ketika aku duduk di kelas empat (1 SMA) saat seluruh teman seangkatanku dihukum massal oleh bagian keamanan, bahasa, dan bagian pengajaran sekaligus karena entah alasan apalah itu. Kemudian dari kejadian ini terciptalah lirik “We are forever trouble maker” gubahan dari lagu “FIFA forever” kalo gak salah...


Meeting Hall juga jadi saksi bisu panggung Drama Arena dan Panggung Gembira. Atau saat aku dan teman-teman sujud syukur di halaman Syaula, waktu kita resmi jadi bantara sejati di hari terakhir SKU pramuka. Waktu itu aku gak jadi come back forever—yang satu ini akan dibahas dijudul postingan baru, soalnya udah kepanjangan di sini. :D

Semuanya, jika dirangkai jadi satu cerita, mungkin akan jadi novel yang lebih panjang halamannya dari Negeri Lima Menara-nya Ahmad Fuadi, karena ini tentang cerita ratusan perempuan *cantik, uhuk* yang hidup dalam satu atap dengan berbagai macam permasalahannya. 

With love, for my beloved Almamater Al-Mawaddah Coper, Jetis, Ponorogo

0 komentar:

Posting Komentar