Sabtu, 02 Januari 2016

Om Shomad Galau Tingkat Dewa!



Bagian kedua
Paman masih gelisah. Haruskah dia mengiyakan undangan ke Belanda ini? Tetapi di lubuk hatinya yang paling dalam, sisi kemaskulinannya memberontak. Ah, Aku kan masih bisa kerja? Masa’ Aku dengan gampangnya mau dibayari sama perempuan?
Kilas balik awal perkenalan Paman dan si Nona seperti berputar kembali dalam kepala Paman. Episode itu dimulai ketika paman dengan iseng meng-add Nona belanda itu di facebook dan tanpa menunggu lama si Nona meng-approve secara to the point. Obrolan ngalor-ngidul diantara mereka yang mengalir apa adanya, saling mencari benang merah yang dapat “menyambungkan” perbedaan keduanya.

30 menit sudah paman hanya memandangi layar hape-nya tanpa mengetik balasan untuk si Nona. Bismillah, paman mulai menulis dalam kegamangan: Non, bagaimana harus kukatakan padamu tentang perasanku saat ini? Aku sangat senang sekali jika bisa mengunjungimu dan keluarga nun di Belanda sana. Alangkah bahagianya bisa melanjutkan silaturahmi (pertemanan) kita. Tapi Aku tetap lelaki normal yang sangat malu, karena ingin mengunjungimu, tetapi mengandalkan uangmu. Lalu, apa bedanya Aku dengan lelaki parasit yang hanya bisa memanfaatkan teman yang baru saja dikenalnya? :’((emoticon menangis)
Pesan mengharukan yang baru saja paman kirimkan menyisakan kesunyian di antara keduanya. Sungguh, paman sangat menantikan balasan dari sang Nona. Dengan sabar paman menunggu tanggapan si Nona.
Galau. Rasanya seribu suara sedang berebut bicara dalam kepala paman. Apakah kata-kataku salah? Apakah Nona jadi sakit hati karenanya? Dan.. Dia tidak akan mau lagi berteman denganku seperti dulu?
Jelas sekali paman khawatir. Setiap beliau menyelesaikan sholat fardhu-nya dan berdo’a, paman duduk lama di atas sajadah birunya sambil mengetuk-ketukkan buku jarinya.
Sehari, dua hari, empat hari dan… seminggu.
Paman menghembuskan nafasnya. Seminggu sudah sejak pesan panjang dari paman yang tak kunjung mendapat balasan. Hmmm, Sabar Shomad, ucap paman pada dirinya sendiri.

Nona, maafkan Aku jika kata-kataku menyakitimu. Paman me-nonaktifkan hapenya untuk sementara. Menyiapkan peralatan andalannya jika sedang galau: seperangkat alat pancing. Beliau pergi ke utara, menuju pantai utara ngebum yang cukup sepi di sore hari, dengan seribu kegalauan.
Bersambung…

0 komentar:

Posting Komentar