Sabtu, 13 Februari 2021

Pondok Indah Mertua


Aku sedang memakan alpukat ketika umiku mengajakku bicara empat mata.
“Ca, dah 3 minggu lho kamu di sini. Rumah mertuamu dekat. Waktunya berkunjung kesana,”
Aku pun terdiam. Sebenarnya aku lebih nyaman tinggal di rumah orang tua sendiri. Setelah jadi ibu menyusui, pasti risih dan malu tinggal serumah dengan adik ipar yang notabene laki-laki semua, terutama karena aku harus sering menyusui bayiku. Suamiku mempunyai dua adik laki-laki yang masih tinggal di rumah mertua.
“Umi takut jadi nenek egois, mertuamu juga baru jadi kakek-nenek, mereka juga berhak bertemu cucunya,” lanjut umi menasihatiku. Benar juga, ya. Aku tidak berpikir sampai ke situ. Aku tak berniat menahan bayiku untuk tidak bertemu kakek-neneknya. Hanya saja kenyamanan selama menjalani peran baru menjadi ibu, membuatku masih ingin dekat dengan ibuku sendiri. Aku masih butuh banyak bimbingan. Namun tanpa berpikir panjang, aku menjawab, “Oke, lusa aku berkunjung ke sana.”
Sebenarnya sejak hamil muda aku sempat tinggal agak lama di rumah mertua. Jadi tidak terlalu canggung jika harus berpindah-pindah dari rumah orangtuaku ke rumah mertuaku. Pada rabu sore, aku pergi ke rumah mertua dengan barang bawaan yang sangat banyak. Ternyata bayi mungil ini membutuhkan banyak hal—dari popok bayi, baju ganti lusinan, handuk-handuk kecil, bantal menyusui, Kasur bayi, bouncer,dan stroller.Saat menurunkan barang, aku geleng-geleng kepala sendiri, takjub akan barang milik bayi mungilku yang seabrek. Seumur-umur baru kali ini aku membawa barang sebanyak ini. Sepertinya kemah pun, barang bawaanku tidak sebanyak ini. Paling hanya ransel tanggung. Rekor bawaan terbanyak adalah saat aku harus kemah selama dua minggu berturut-turut di Pondok haji Surabaya dan lanjut berkemah di Cibubur. Itu pun hanya ransel gunung ukuran 17 liter.
“Assalamualaikum, Mom,” aku mengucapkan salam pada ibu mertuaku yang biasa kupanggil mom.
“Wah, cucu yangti datang,” beliau segera mengambil bayiku dari gendonganku. Aku tersenyum. Senang sekali kamu, nak, mempunyai nenek lincah baik dari pihak ibuku sendiri dan ibu mertuaku. Kamu akan tumbuh dengan menerima banyak cinta. Aku berbincang-bincang sejenak dengan bapak dan ibu mertuaku di ruang tamu, membahas rencanaku dan suami yang akan pindah ke Salatiga dua bulan lagi.
Menikah menjadi sangat menyenangkan karena dua keluarga yang penuh cinta telah bersatu.

0 komentar:

Posting Komentar