Sabtu, 13 Februari 2021

Ibu Insecure


Setiap orang mempunyai fase kekanak-kanakan dan tidak bertanggung jawab. Kita menyebut fase itu masa muda yang bergejolak. Pada masa itu kita selalu melampiaskan kekecewaan kepada ibu. Dan sekarang, aku sedang memasuki fase baru kehidupanku, menjadi seorang ibu. Jujur, aku sangat insecure sebagai ibu. Karena aku sadar, aku belum menjadi anak yang berbakti, apalagi membanggakan. Apakah aku bisa jadi ibu yang baik? Bagaimana aku bisa mendidik anakku nanti, sedang diriku ini banyak sekali kurangnya?
Pada malam pertama setelah menikah dulu, aku dengan sadar mengajak suamiku berdialog. Sedikit memastikan komitmen jangka panjang suami jika kita punya anak. “Udah siap jadi seorang ayah?” suamiku menjawab seketika, “In syaa Allah, siap,”
“Beneran siap? Repot loh punya anak, banyak biaya yang harus dikeluarin pula,”
“Bismillah siap. Ada banyak pintu rejeki terbuka saat menikah, apalagi jika punya anak,” suamiku menjawab dengan mantap.
Waktu itu, seperti pasangan normal lainnya, kami penasaran sesubur apakah diriku dan suamiku? Seperti uji coba saja dan ternyata tokcer.
Dan 10 bulan kemudian, lahirlah putri kecil pertamaku. Pagi ini aku bisa lebih tenang menikmati suasana pagi sambil menyeruput susu coklat panas. Hampir dua jam bayiku tertidur pulas. Aku bisa menyelesaikan cucian dan melipat baju-baju bayi. Saat aku melihat wajah tidurnya, betapa menenangkannya melihatnya tidur pulas. Anganku berkelana ke masa yang jauh. “Nak, Umi takut. Apakah umi bisa membesarkanmu dengan baik?” tanyaku pada bayi mungil ini.
“Pakeeet!” kurir JNE berteriak di depan rumah, menghentikan lamunanku. Paket belanja onlineku datang. Aku bergegas membukakan pintu.
“Dengan mbak Ica?” tanya kurir padaku. “Ya, saya sendiri, pak,” jawabku.
“Tanda tangan di sini ya, mbak,” aku menuliskan tanda tangan di layar handphone-nya. Aku memesan pompa ASI manual untuk memerah ASI. Sepertinya mubazir sekali setiap sesi menyusu, ASI dari payudara sebelah menetes keluar tak tertampung. Aku berinisiatif untuk mulai menyetok ASI perah di kulkas, seperti tips menyusui dari influencer ASI di Instagram.
Ada yang bilang, insecure adalah tanda untuk bersyukur. Sepertinya tidak untukku. Insecure adalah tanda untuk melakukan perbaikan diri bagiku. Allah tidak akan mengubah suatu kaum sampai mereka mengubah diri mereka sendiri.
Bayiku masih tertidur pulas. Aku membuka pompa ASI baruku. Bismillah, daripada aku terus meragukan diri sendiri, lebih baik aku berusaha semaksimal mungkin untuk anakku, dimulai dari pompa ASI ini. Doakan umimu ya nak, bisa istiqomah menyusuimu hingga dua tahun nanti, seperti anjuran agama kita.


 

0 komentar:

Posting Komentar