Sabtu, 13 Februari 2021

Pindahan Rumah!


Aku dan suami sepakat akan pindahan ke rumah kontrakan di penghujung tahun 2018 ini. Kepala sekolah di tempat suamiku bekerja telah mengirim pesan via whatsapp bahwa kami boleh memakai salah satu rumah milik wali santri yang tidak digunakan. Kondisi rumah fully furnished, berperabot lengkap. Jadi kami tak perlu membawa banyak barang dari rumah Kendal.
Setelah beberapa bulan “training” langsung dengan umiku dan mom (ibu mertua) tentang dunia momong anak, aku mengizinkan diri sendiri untuk mulai percaya diri bahwa aku bisa mengurus bayiku. Keluarga besar umiku yang terdiri dari nenek, om, tante, budhe dan sepupu-sepupuku akan mengantar saat pindahan nanti. Nenekku sudah bersiap memasakkan nasi kluban untuk dibagi-bagikan ke tetangga sekitar saat pindahan nanti.
Pada tanggal 31 Desember 2018 aku dan bayiku diantar oleh orangtuaku ke Salatiga. Kami sengaja berangkat sehari sebelum keluarga besar tiba untuk survei langsung keadaan rumah yang akan kutempati. Tol Semarang-Solo baru saja jadi. Abahku ingin menjajal tol baru, jadi kami bablas Solo dan makan siang di Pasar Songgo Langit, Surakarta. Jarak Kendal-Solo yang biasanya hampir empat jam hanya ditempuh selama dua jam via tol. Sebelum adzan ashar berkumandang, kami sampai di depan rumah kontrakanku, rumah tipe 45 berpagar hitam di perumahan baru yang sangat asri. Begitu kami masuk kompleks perumahan, nuansa sejuk dan damai meliputinya. Suamiku sudah menunggu di beranda. Seketika aku disambut hawa dingin kota ini, kontras sekali dengan cuaca di kotaku, Kendal.
Aku cukup beruntung karena mendapatkan rumah yang benar-benar siap huni. Sudah terpasang kompor gas dan water heater, satu keharusan di tengah dinginnya kota Salatiga. Jika sewaktu-waktu ingin mandi air hangat, aku tak perlu memanaskan air lagi. Kondisi rumah cukup berdebu karena hampir setahun tidak dihuni oleh pemiliknya. Sore itu kami gotong royong membersihkan rumah. Tepat setelah berjamaah solat maghrib, orang tuaku berpamitan pulang. Umiku memelukku agak lama. “Yang rukun ya, kalian cuma bertiga di sini. Kalau ada apa-apa hubungi kami,” bisik umiku. Aku mengangguk.
Satu episode baru kehidupan rumah tanggaku dimulai. Aku menyambut awal tahun 2019 dengan penuh semangat baru. Rumah baru. Tetangga baru. Kesibukan baru. Dan keyakinan baru tentang kemampuan diri sendiri. Aku bisa!

0 komentar:

Posting Komentar