Kamis, 08 September 2022

Pilih yang mana; Membaca Novel dalam negeri atau luar?

Kapan terakhir kali kamu membaca buku? Buku apa yang kamu baca? Apakah kamu tipe pembaca aktif atau pasif/hanya membaca sekedarnya? Jenis buku fiksi atau non-fiksi apa yang sering kamu baca? 

Aku tak sengaja mempunyai hobi membaca. Awalnya aku hanya penasaran dan ingin menghabiskan waktu luang saja. Karena banyak sekali buku yang bisa kubaca di rumah. Abah bahkan dulu pelanggan setia Gramedia. Setiap setahun tiga kali bahkan kami mendapat bonus buku terjemahan oke dari Gramedia yang dikirim langsung ke rumah. 

Setelah bisa lancar membaca, tentu saja aku semakin aktif mencari buku yang bisa kubaca, karena ternyata semakin kita membaca, semakin penasaran lah kita dibuatnya. Ilmu pengetahuan dan bacaan adalah dahaga bagi manusia yang takkan ada habisnya. Semakin kita membaca, justru kita semakin merasa tak tahu apa-apa. Hobi membacaku dimulai sejak aku berusia delapan tahun. 

Buku pertama yang paling berkesan dan terus kuingat hingga saat ini adalah Totto Chan; karangan Tetsuko Kuroyanagi. Lalu buku-buku karangan Torey Hayden. The Devil wears Prada. Buku psikologi Dale Carnegie, novel-novel karya Dan Brown hingga novel dalam negeri Karangan Tere Liye, Asma Nadia, Tasaro Gk, dan tentu saja Andrea Hirata. 



 Mode Naik Turun 
 Karena sebagian besar buku yang kubaca adalah terjemahan luar negeri, tentu ada sensasi naik turun kebudayaan saat sedang membaca buku dalam negeri. Contohnya; setelah membaca novel terbaru Tere Liye Janji, aku lalu membaca ulang novel berjudul Oliver's Story karya Erich Segal. 

Meski novel karya Erich diterbitkan hampir 50 tahun yang lalu, tapi isinya terasa jauh lebih kaya dibandingkan novel terbitan tahun 2021 karangan Tere Liye. (Maaf ya bang Tere, jujur kan gak dosa wkwkwk) Berlatar di New York City tahun 70an, Erich Segal berhasil membawa pembaca pada dinamika kehidupan seorang pengacara di New York city yang sibuk. 

Sejak menyandang status sebagai duda cerai mati 18 belas bulan yang lalu, Oliver didiagnosa sakit jiwa oleh mantan mertuanya, Philip Cavilleri. Dia masih belum bisa melupakan sosok Jenny Cavilleri yang meninggal akibat kanker. Oliver pun pergi menemui dokter jiwa, seorang psikiater yang cukup cuek tapi mampu menggali permasalahan yang sedang dihadapinya. Lalu untuk mengalihkan kesedihan di sore hari, Oliver mulai rutin berlari di Central park hingga dia bertemu sosok cantik yang misterius bernama Marcie Nash. 

Cara bercerita Erich Segal yang sederhana dan mengalir, menggambarkan kehidupan glamor Marcie Nash, seorang CEO muda yang ditipu habis-habisan oleh mantan suaminya. 

Tahun 70an sudah terdapat banyak cafe di NYC. Ini salah satu bukti konkrit bahwa New York sudah jauh lebih maju di tahun itu. Perempuan muda mampu dan bisa mengelola kekayaan yang diwariskan kepadanya menjadi perusahaan yang jauh lebih kuat. 

Berbeda dengan novel Janji Tere Liye yang terbit di tahun 2021, novel Janji terkesan sangat membosankan dibandingkan Oliver's Story milik Erich Segal yang sangat segar dan realistis. Tere Liye masih memakai cangkok bercerita novelis Sumatra pada umumnya yang suka mendayu-dayu dan berpola naratif atau deskripsi terlalu panjang. 

Tapi itulah sisi mengasyikkan dari membaca, kebudayaan dari tiap latar belakang cerita sangat berbeda satu sama lain, yang membuat para penulis memiliki sudut pandangnya masing-masing dalam bercerita.

Novel dalam negeri atau luar negeri akan memperkaya perbendaharaan kata bagi semua yang membacanya. Buku apapun yang sedang kamu baca, bersyukurlah masih banyak orang yang mau meluangkan waktu untuk menuliskan peradaban yang terjadi dengan sangat cepat 20 tahun terakhir ini.

Jadi apakah kamu jadi tertarik baca novel setelah membaca ini? Aku bersyukur meski sudah mempunyai dua anak, aku masih meluangkan waktu untuk menggeluti hobi membacaku yang semakin lama semakin menggila saja. Buku apalagi yaa yang bisa kubaca? Rekom dong!

0 komentar:

Posting Komentar