Kamis, 23 Desember 2010

In memoriam, Lovely Al-Mawaddah

Beberapa waktu lalu aku berkesempatan mengunjungi teman lamaku, Saudari Hayatun Nufus di sebuah pesantren tahfidz Al-Qur’an di tengah kota Yogyakarta, tepatnya di desa Ngaglik, Sleman, 1 km utara monumen Yogya kembali. Awalnya kukira pesantren itu berada jauh di pelosok ngaglik, atau hampir di batas rawan Merapi sana. Tetapi perkiraan ku salah, karena pesantren itu masih berada di wilayah Monumen Jogja Kembali(yang biasa disebut Monjali).


Sebuah kebetulan yang menyenangkan. Mengunjungi teman semasa Aliyah dulu dan masuk ke atmosfir ukhrawi, nuansa Pesantren Akhirat yang membuat kita merasa di dunia yang benar-benar bernafaskan Islam. Nufus menjelaskan apa kegiatan mereka sehari-hari, dan betapa herannya aku ketika tahu bahwa tak ada jenis musik apapun yang boleh diputar disini.

Aku teringat memori masa silamku. Aku seperti beranjak pergi ke sebuah tempat di pelosok Kota Reog nun di sana. Tempat yang paling tak mau aku datangi dulu. Pesantrenku tercinta kini. Sudah setengah tahun sudah.

Teman-teman, adik, kakak, ustadz dan ustadzahku tercinta... bagaimana kabar kalian semua disana? Maaf belum sekalipun aku menyempatkan diri untuk berkunjung kesana. Maaf, karena aku merasa belum “menjadi” apa-apa. Aku harap kita semua selalu dalam Kasih sayang-Nya dan senantiasa bersyukur, dan semoga kita terus berpacu untuk menjadi Insan yang lebih baik.
Dan walaupun kini aku telah hidup jauh, tapi tak ada satu niatan pun untuk melupakanmu karena kau sudah menjadi bagian dari kepingan puzzle hidupku. I’ll always save our memories.

0 komentar:

Posting Komentar