Kamis, 08 September 2022
Sabtu, 10 April 2021
Suami: Teman Hidup "Setara" untuk Istri
Waktu remaja, aku tak pernah membayangkan jika ikatan cinta bernama pernikahan itu butuh restu semesta. Gak bisa dipaksakan (misal dipaksakan, pasti endingnya gak enak). Aku hobi memaksakan kehendak, yang akhirnya sering menyakiti diriku sendiri (wkwkwk sukurin!).
Beruntungnya aku di pertengahan usia 20-an ku, tepatnya di usia 24 tahun 6 bulan empat tahun lalu, aku dipertemukan jodohku. Finally!!
Saat itu proses move on-ku dari kisah percintaanku yang selalu kusut hampir selesai. Lelaki bermata tajam itu terlihat kikuk di kursinya. Tapi setelah aku tiba-tiba bertanya tentang hal-hal out of the box tentang cerita masa lalu di pesantren dulu, di luar dugaanku dia mulai bercerita panjang lebar, yaang membuat proses perkenalan kami semakin "mulus", seperti masuk jalan tol. Prosesnya yang cepat, lancar dan membahagiakan membuat kami tak merasakan galau pra-nikah. Agak sembrono memang. Tapi, namanya Johan, ya. Ga ada yang tahu. (Johan: Jodoh dari tuHan)
Sejak awal menikah, aku selalu menekankan betapa pentingnya komunikasi yang pro aktif di antara kita. Paling anti kode-kode-an. Selama bisa diomongin, ya ngomonglah yang baik. Apalagi keluarga besar yang tinggal berdekatan, membuat kita berdua harus lebih piawai dalam menjaga hati banyak orang.
Teman Hidup, Setara, tak selalu se-Iya, tapi se-Rasa
Experience is the best teacher. It works for me. Finding a great husband is like building your dream home. You work on it.
3 tahun dan dua anak: kerja keras dan kerja ikhlas. Makasih ya, sayang, udah jadi suami dan ayah yang baik. I knew you'll make a good husband and father. Meskipun aral melintang, tetep gandeng mesra tanganku, yo, ojo ragu-ragu. Mantep terus pokoke persis kayak waktu kamu lantang meminangku dulu.
Maaf kalo aku sering ngajak debat. Aku cuma mau nemuin your true colour. Kalo ga pake debat, ga keliatan aslinya. Biar kemampuanmu berargumentasi juga meningkat tajam. Ternyata sukses, to. HIHIHI.
Terimakasih untuk selalu menjadikanku teman setara untuk berdiskusi, bertengkar, merajuk, momong anak, dan dalam banyak hal yang akan kita hadapi di masa depan nanti. Aku tahu di luar sana masih banyak suami yang menyepelekan istrinya sendiri, tanpa tahu manfaat memuliakan istrinya dengan menjadikannya teman SETARA.
Tetep jadi versi terbaik dirimu, ya, My partner in life. XOXO
Selasa, 23 Februari 2021
Sejuta Mimpi Umi
Ketika program sarapan kata KMO club berakhir minggu lalu, ternyata aku benar-benar kehilangan suasana pagi alarm jam enam, tanda bahwa aku harus mengupload tugas. Ah, rindu. Terima kasih KMO, telah menyuburkan semangat menulis dalam diriku yang hampir kulupakan setelah aku menjadi seorang umi (ibu).
Menghidupkan Mimpi-mimpi"Ca, apa mimpimu?" tanya abah padaku setahun yang lalu. Bahkan saat usiaku sudah menginjak 25 tahun lebih, aku masih gelagapan untuk menjawabnya. Aku punya banyak sekali mimpi, yang akhirnya kukubur hidup-hidup sejak kutinggalkan bangku kuliah beberapa tahun yang lalu.
Namun bara api bernama mimpi masih meletup-letup dengan baik di dada. Aku masih memilikinya. Aku memang sudah jadi emak-emak, tapi aku masih punya mimpi yang harus kuwujudkan, demi kebahagiaanku sendiri.
Doakan umimu ini ya anak-anakku. Semoga kalian selalu bersabar mengiringi umi dalam mewujudkan cita-cita. :)
Dengan dukungan penuh dari suami tercinta dan orang tuaku, Bismillah, untuk menjadi sebaik-baik Insan.
Lirik lagu untuk suami tercinta:
Cita-cita (cinta-cinta)
Yang lama kupendam sendiri
Berdua 'ku bisa percaya
Dan kau ada di antara miliaran manusia
Dan 'ku bisa dengan radarku menemukanmu
Sabtu, 13 Februari 2021
Ibu Tanpa Dukungan
Skala Prioritas Ibu
Tetangga Baru
2019: Awal yang Baru